Sahabat Blogger

Senin, 01 Juli 2013

Sampai ke ujung dunia

Ketika tanpa sengaja playlist Mp3 ku mengalun lagu itu, lagu yang pernah Dia nyanyikan untukku.
"Selama kau belum jadi milik ku yang utuh, Aku akan s'lalu miliki mu...
Selama bumi masih kan terus berputar,  Aku akan s'lalu menuju mu...
Walau... ke ujung... Dunia..."
Begitu merdu suaranya. Dia terus memandangiku dengan senyum khas dari bibir mungilnya. Jika saja aku seorang wanita, mungkin wajahku yang memerah akan kelihatan kentara. Sayang, aku adalah lelaki berkulit sawo matang cenderung gelap sehingga bukan merah padam raut wajahku melainkan merah legam.
"Kamu tau, seperti lagu ini, aku tak tau bagaimana hidupku jika nanti aku dan kamu bukan lagi sebagai kita." Dipeluknya lengan ku erat sambil menyenderkan kepalanya manja. Ku elus rambutnya, "Sayang, Kita akan tetap menjadi Kita selamanya." Sesaat ku ciumi keningnya, 'Betapa cantik rupanya bidadariku ini' Aku membatin. Sepanjang malam kami habiskan berdua duduk dibangku panjang ditaman belakang rumahnya. Memandangi hamparan langit malam yang indah dipenuhi taburan kerlip bintang-bintang berkedip.
***
Aku Danny. Sekarang adalah masa depan dimana aku menjabat sebagai seorang Marketing Bisnis. Aku sedang dalam dinas luar kota. Enam jam perjalanan menuju Bogor, bukanlah perjalanan yang sebentar. Lamanya waktu yang dibutuhkan dalam perjalan yang menempuh kurang lebih 259KM jauhnya, tak banyak hal yang bisa aku lakukan selain duduk manis menikmati pemandangan diluaran sana dari balik jendela bus pariwisata yang melaju kencang.
"Cinta ini menggelisahkan aku, membuat aku gila...
Andai kita terpisah, mati rasa-rasa ku..."
Lagu itu masih mengalun merdu menemani perjalan panjangku. Sesekali aku tersenyum mendengarkan liryc yang dinyanyikan. Entahlah, mungkin ini semua beralasan.
Masih tergambar jelas kenangan masa itu, ketika aku berjanji kepadanya untuk tidak mengulangi perbuatan ku terhadap lawan jenis selain Dirinya. Dia, Ririn. Meng-iya-kan meski dengan perasaan yang berat, tapi apalah daya, cinta jugalah yang meluluhkan keraguanmu terhadapku. Sejak malam itu, aku kembali dalam pelukan gadis itu. Ririn adalah sosok yang manis. Dengan wajahnya yang bisa dikatakan innocent itu. Dia memiliki sifat yang tegar dan penyabar.
Seperti halnya pasangan remaja lainnya, setiap waktu yang dilewati terasa indah meski dengan sapaan 'Selamat pagi' atau sekedar ucapan 'Selamat tidur' darinya. Begitu sudah mampu menciptakan rasa yang teramat menyenangkan hati.
Bulan ketiga setelah janji itu terucap, penyakitku kambuh lagi. Bermain api dengan dirinya yang lain. Jahatnya, aku sadar dengan apa yang pernah aku ucapkan dan lakukan sekarang terhadap dia.
Bermaksud mengakui kesalahan yang sudah kesekian terulang. Dengan tanpa rasa malu aku membuka semua permainan itu dihadapannya. Aku pikir, aku sudah siap dengan resiko terbesar yang mungkin aku dapatkan yaitu dicampakkan olehnya, lagi. Tapi... tidak untuk kali ini. Apa yang aku bayangkan seratus persen salah. Bukan, bukan kata putus yang aku dapatkan darinya melainkan sebuah kelapangan dada seorang gadis yang dengan setulus hati memberikan cintanya kepada seorang berengsek sepertiku. Aku malu, aku terhenyak dengan pernyataan itu. Sebagai seorang lelaki, aku sudah gagal menjaga kepercayaan darinya. Kesempatan yang sudah kesekian Dia berikan dengan tulusnya.
"Cinta ini membodohkan aku, menutup akal sehat ku...
Andai engkau tak disisi, risau risih jiwa ku..."
Sekarang Aku baru sadar. Ketulusan yang Dia berikan sudah dengan sia-sia Aku abaikan. Percuma juga kalau Aku menyesalinya sekarang karena Kita tak mungkin dapat bersatu lagi. Aku dan Dia kini sudah memiliki pasangan hidup masing-masing. Hanya kepada waktu kutitipkan segenggam kisah itu. Biarkan angin membawanya terbang seiring jauhnya perjalanan yang Aku tempuh sekarang. Berarak seperti awan, terberai ketika Aku sampai tujuan dan menguap seperti embun saat matahari menjelang.
"Walau... ke ujung... Dunia...
Walau... ke ujung... Dunia..."
Seiring berakhirnya lagu itu. Aku berharap Aku dan Dia bisa dipertemukan lagi dalam satu masa dimana masing-masing kami sudah bahagia bersama anak-anak kami kelak.

Ja matta na...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu, sesederhana itu saya sudah merasa dihargai.
Terimakasih :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...