Sahabat Blogger

Rabu, 10 Desember 2014

After Rain

Berulang kali Raka mengusap nisan itu. Membisikkan sesuatu, lirih, menyematkan do’a dalam setiap kalimatnya. Wanita disebelahnya tau, masih ada sedih mendalam dari rautnya. Begitu rapuh, memelas, dan pucat.

“Sudahlah, Ka, Ayo pulang,” Winda mengusap punggungnya. Pelan.
Dia masih bergeming dengan sedihnya.
“Aku tau rasanya kehilangan. Mama pernah bilang, ‘kalo kamu ingin bapak bahagia disana. Ikhlaskan.’ “ pelupuknya meremang. “Sedih tidak akan menyelesaikan masalah, Ka.” lanjutnya.
Dia diam belum beranjak.
“Kalo kamu masih mau disini, terserah. Aku mau pulang!” sebenarnya dia tidak pernah setega ini sebelumnya, apalagi sama dia.
Langit senja kian sendu, gemuruh bersahutan mengiringi langkah keduanya dalam diam dan gerimis pun ikut serta penuh kebimbangan. Raka sadar wanita disampingnya kecewa tapi dia masih belum bisa menghapus sakit atas kehilangan itu.
***

Senin, 07 Juli 2014

Waktu, ijinkan aku untuk...

Warnai hidupmu... sendiri :|
“Udah sikat aja bro, disamber orang ntar nyesel loh,”

“Nggak semudah itu bro,”

“Ah, lu nya aja yang cemen,” katanya enteng.

“Jangan nyesel ya, kalo doi gue gebet. Haha...” pungkasnya ngeselin.

Percakapan sore itu, gue merasa seperti seorang pecundang yang bahkan menolong diri sendiri pun tidak mampu apalagi menolong orang lain.

‘BAKA! BAKA! BAKAYARO!!!’ gerutu gue dalam hati.

“Eh? Kenapa lu bro? Sakit?”

*** 

Perkenalan kami bukanlah kebetulan, melainkan takdir yang sudah Tuhan gariskan, gue percaya itu. Entahlah, mungkin gue terlalu menyakini hal tersebut atau memang sebuah obsesi berlebih terhadap dirinya?

Namanya Ririn, orangnya supel, pandai bergaul, pinter, terlihat saat dia mulai berdiskusi mengenai apa saja dalam komunitas kami, berhijab, matanya sipit, yang terpenting senyumnya manis, semanis kurma azwa. Beberapa hal tersebut yang memicu perasaan gue terhadap sosoknya. Kekaguman yang semakin hari semakin aneh rasanya, semacam nikotin pada rokok yang membuat ketergantungan. Ya! gue jatuh cinta. Geli, bukan?

Minggu, 06 Juli 2014

I'm back!


Marhaban ya ramadhan, ahlan wa sahlan ya... ahli kubur? *dibantai massa

Alhamdulillah, akhirnya saya bisa kembali ngisi postingan blog ini setelah 360hari lebih berlalu. Ya! Saya hiatus sebagai blogger selama setahun, SATU-TAHUN! *sengaja diulang biar dramatis

Salah satu alasan kenapa saya murtad dari dunia per-blogger-an tidak lain tidak bukan adalah koneksi inet yang akhir-akhir ini amat sangat kampret, you know?

Beberapa hal lainnya juga memang mendasari murtadnya saya dari dunia blog tersebut.

Apa saja? Let’s see...



1.  Blog present

Salah satu alasan kenapa saya males nge-blog adalah tampilan yang saya rasa sangat membosankan, semrawut kayak sistem pemerintahan Endonesa saat ini. Terakhir saya dapat testimoni dari salah satu readers saya, kalau dia mendadak katarak setelah mampir ke blog saya. Pfttt...

2.  More than reason 

Karena keseringan bergaul dengan sopir angkot di terminal, saya jadi mendadak pinter ngeles. Pas lagi banyak ide mau nulis, karena terlalu banyak inilah, itulah, ujung-ujungnya nggak jadi ngepost. Ide itupun menguap seiring adzan maghrib berkumandang...


3.  Sok sibuk

Alasan klise mana lagi yang hendak kamu sampaikan, hingga berbusa pun takkan ada yang percaya. Musryik.

Jadi gitu. Pokoknya mah gitu deh. Iya gitu :3 *Karepmu!
 

Demikian, beberapa hal yang membuat gue males nulis, dan hilang dari peradaban. Tapi insya allah, mulai sekarang saya berjanji untuk giat menulis lagi, yah.. meskipun belum nemu yang pas sama koneksi inet disini, mahal-mahal cuy. #MentalAnakKost

Intinya, saya pengin kembali nulis lagi, kembali menyandang predikat sebagai blogger sejati dan nggak murtad lagi. Insya allah. Amiin :)

Well, enjoy it...    

Ja matta na...

Senin, 30 Juni 2014

When ICU again




Dari balik jendela, hujan masih dengan tangisnya. Deras membungkam setiap kalimat yang hendak aku sampaikan, tidak jauh berbeda dengannya.

“Dan, maukah kamu simpan ini untukku?” katanya lirih, membuka bisu diantara kita.

 Diberikannya sebuah bingkis kado dengan ikat pita merah jambu, "Berjanjilah, kamu takkan membukanya hingga kamu benar-benar merindukanku kelak." pungkasnya. 

Rasanya ingin memeluk raga itu. Seorang yang sebentar lagi akan pergi, dengan atau tanpa persetujuan dariku.

“Aku akan menyimpannya untukmu, Rin. Jaga dirimu baik-baik.”  hanya kalimat itu yang mampu keluar dari mulutku, perih. 

*** 

Hari ini sibuk luar biasa. Kalau sudah akhir tahun begini pasti kerjaan numpuk naudzubillah. Seperti sudah menjadi kebiasaan atau mungkin ini adalah kutukan? 

Rasanya semakin perih mataku menatap layar komputer hampir seharian penuh. Hanya sesekali pergi ke toilet untuk cuci muka atau sekadar mampir ke ruang pantry untuk menambah cangkir kopi yang sedari pagi terus saja dijejalkan kedalam perut sebagai dopping. Overdosis mungkin saja terjadi mengingat porsi berlebih

“Sudah jam segini masih belum pulang juga, Mas?” Pak Abu, satpam kantor yang kebetulan sedang keliling.

“Biasa Pak, akhir tahun, kerjaan numpuk. Ini aja masih banyak yang belum selesai,” sahutku lemah.

“Mbok, yo besok lagi dikerjainya, Mas. Sudah tengah malem loh ini,

       “Pengennya sih gitu, Pak. Tapi mau gimana lagi, sudah tuntutan. Kalo nggak selesai hari ini, tau sendiri kan, Pak, si Bos gimana?”

“Bener juga sih, Mas. Hehe…”

“Ya sudah, silahkan dilanjutin lagi, maaf sudah menggangu. Bapak mau muter dulu.”

“Siap, Bos!”      
                                              
 Ku lirik jam disudut kanan bawah layar komputerku, benar saja, sudah tengah malam rupanya dan belum setengahnya aku kerjakan, entah sampai kapan mau selesai...

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...