Sahabat Blogger

Kamis, 18 Juli 2013

Koridor Perpustakaan

"Huh! kenapa sih mereka selalu gituin aku!" Sungut Ririn kesal.
"Sudah nggak usah dipikirin. Lagian mereka belum tahu siapa kamu, kan. Jadi wajar kalau mereka bertingkah seperti itu." Senny mencoba menetralisir keadaan.
"Iya, sih! tapi kan nggak terus-terusan gitu juga dong. Kan kesel."
"Terus mau bagaimana lagi. Lah kamu sendiri suka gitu kan. Ngomong sendiri nggak jelas. Yah... Aku sih ngerti kamu pasti lagi ngobrol sama 'mereka' tapi, mereka? mana tahu, kan?"
"Au ah!" Ririn memalingkan mukanya, sinis.
"Marah-marah mulu nih daritadi. Entar cepet tua loh... keriput macam nenek gayung. Mihihihi..."
"Ah lupakan. Nih minum." Senny memberikan sebotol air mineral dingin untuk Ririn. Yah... seenggaknya tenggorokkan Ririn lebih adem ketimbang suasana hatinya sekarang.
Sering dianggap 'aneh' bahkan 'gila' setiap kali Ririn terlihat berkomunikasi dengan 'mereka'. Mungkin banyak orang yang tidak mengetahui hal tersebut kalau sebenarnya Ririn tidak sendiri. Tapi apalah daya, begitu yang orang lain lihat. Bagiku? Tidak. Aku tahu Ririn adalah seorang Indigo meskipun Aku sendiri tidak pernah melihat 'mereka' secara nyata. Tapi aku percaya 'mereka' memang ada.

Waktu itu pas jam pulang sekolah. Karena terlalu bersemangat ingin segera kembali kerumah, Aku tidak sengaja meninggalkan buku catatan Fisika di perpustakaan. Memang waktu jam istirahat tadi Aku dan Ririn pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku paket Fisika dan sedikit merangkum materi untuk keperluan ulangan besok. Aku pikir kalau tidak diambil sekarang bagaimana nasib ulangan Fisika besok. Semua yang sudah aku pelajari ada dibuku itu. Akhirnya aku meminta Ririn untuk menemani kembali ke sekolah. Suasana nampak sudah sepi. Terlihat beberapa anak saja yang sedang latihan ekstrakurikuler di lapangan upacara. Ku langkahkan kaki sedikit lebih cepat, dan... untunglah pak Mul belum  pulang. Beliau adalah penjaga perpusatakaan di sekolahku. Umurnya sudah menginjak kepala 6, tapi beliau masih nampak gagah dengan jaz yang selalu dikenakan beliau ketika bertugas. Aku memanggilnya Jii-chan. Sebuatan kakek dalam bahasa Jepang. Awalnya beliau tidak mengerti dengan sebutan itu, namun setelah aku jelaskan beliau melempar senyum khasnya, "Kamu ini ada-ada saja." sambil mengelus rambutku penuh kasih.
"Uhmmm... Jii-chan permisi."
Beliau menoleh, "Eh kamu. Kok belum pulang? ada apa?" sambil mengunci pintu perpustakaan.
"Buku catatan aku ketinggalan didalam. Bolehkah aku mengambilnya sekarang, Jii-chan. Plis..."
"Oh, itu. Buku yang ini bukan?" Katanya sambil menunjukkan buku catatan Fisika punyaku.
"Ah iya itu. Makasih ya, Jii-chan."
"Iya sama-sama. Lain kali jangan teledor lagi ya." Pungkasnya dengan senyum khasnya.
"Ini mau pulang bareng apa tidak?" Pak Mul menawarkan.
"Ah nggak usah Jii-chan. Kami pulang sendiri saja."
"Baiklah kalau begitu. Sudah sore begini. Kalian hati-hati ya." Katanya sambil berlalu dengan motor Honda 700nya.
"Iya... Jii-chan juga hati-hati ya...!"
Dalam perjalanan pulang. Ririn nampak dingin seperti biasanya. Bola matanya tajam memperhatikan sekeliling. Jarak antara perpustakaan menuju gerbang depan cukup jauh. Kami berdua harus melewati beberapa kelas yang terkenal angker. Apalagi kelas XII IPA-3 yang ada dibawah tangga. Iya disitu paling angker katanya. Ditambah suasana yang sudah semakin sepi saja. Bikin bulu kudukku berdiri. Serem.
"Rin, habis ini temenin aku ketoko kue langganan dulu ya. Ada titipan dari bunda soalnya."
"Hem..." Ririn hanya mengangguk tapi matanya terus waspada. Entahlah, aku pun juga mulai merasakan ada hawa yang aneh disekitarku. Apa mungkin ini hanya perasaanku saja yang penakut.
"Rin, kok kamu diem mulu sih. Ngomong dong. Jadi tambah serem tauk!" Aku mulai kesal dengan tingkahnya yang sedari tadi cuma diam.
Matanya mengisyaratkan untuk diam. Ok aku turuti. melihat suasana semakin mencekam, aku jadi kebelet pipis.
"Rin." Dia sama sekali tidak menggubris dan terus saja berjalan meninggalkan aku.
"Rin. Tunggu!" Ku tarik lengannya. "Anterin aku ke toilet dulu. Aku kebelet pipis." Aku merengek minta diantarkan. Kalau tidak begini caranya mana mau dia, yang ada aku ditinggalin sendiri.
Sesampainya didepan pintu tolilet, aku menyegerakan masuk kedalam dan... huah... lega. Tidak ada hal yang lebih membahagiakan ketika kamu kebelet pipis. 'Tunggu! ini kenapa pintunya nggak bisa kebuka?' "Huaaaa... Ririnnn... tolong aku... aku kejebak didalem toilettt... tolonggg !!!" Teriakku sekencangnya.
Tidak ada tanda-tanda Ririn membukakan pintu. 'Bagaimana ini? kemana perginya anak itu? jangan-jangan...?'
"Huahhh... Rinnn... bukain pintunya Rin... Aku takuttt...!!!"
Sepertinya teriakakkanku tidak didengar oleh Ririn. Entahlah kemana perginya. yang jelas sekarang aku mendengar langkah kaki mendekat ke arahku. Semoga itu Ririn. Aku pun berteriak kencang sekali berharap yang diluar itu mendengarku dan... Klik! pintu  pun kebuka. Sejurus kemudian aku menjerit girang karena sudah bebas dari jeratan toilet biadap namun detik selanjutnya aku kaget karena tidak ada siapapun disana. 'Terus siapa yang barusan membukakan pintu toilet untukku?' Seketika bulu kuduk merinding, hawa  dingin mulai menyelimuti tubuhku, aku takut.
Aku memutuskan untuk berjalan sendiri tanpa tahu dimana posisi Ririn sekarang. Yang aku pikirkan segera keluar dari area sekolah bagaimana pun caranya. Hari sudah semakin gelap, sedang aku masih berada dikomplek sekolahan yang baru aku ketahui keika suasana seperti ini ternyata lebih menyeramkan dari yang aku bayangkan. Aku seperti sedang ada dalam film-film horor jepang.
Sambil berjalan menelusuri lorong-lorong gelap. Aku mencoba terus memanggil-manggil Ririn berharap Dia segera kembali menemaniku. Namun sayang, tidak juga ada sahutan dari Ririn. Hingga pada satu ruang kelas Bahasa aku melihat sosok berambut panjang mengenakan seragam sama sepertiku. 'Ah! itu dia!'  Aku senang akhirnya Ririn kutemukan juga. Segera ku hampiri sosok itu yang ternyata... bukan Ririn. Wajahnya nampak setengah hancur, juga baunya yang kemudian terasa menusuk hingga ke paru-paru. Aku lari terpingkal-pingkal dibuatnya. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya aku melihat dengan mata kepalaku sendiri sosok astral tersebut.
Aku semakin tidak betah berada dalam suasana seperti ini. Rasanya berteriak mencari Ririn pun percuma hanya buang-buang suaraku saja. Aku terus berjalan berharap tidak ada lagi kejadian seperti barusan. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh semacam bayangan hitam diujung koridor menuju kantor. 'Ah, apalagi ini? aku tidak mau melihat 'mereka' lagi. Aku ingin cepat pulang.' Entah darimana asalnya, Ririn tiba-tiba muncul dihadapanku. "Ayo pergi dari dari sini!" Katanya sambil menarik lenganku. "Rin, tunggu, Rin. Lepasin tanganku, sakit!" Ririn tidak mempedulikan rengekanku.

Samapi juga akhirnya dirumahku. Aku sengaja mengajak Ririn untuk menginap dirumahku malam ini. Selain karena kejadian barusan aku juga ingin tahu apa alasan Ririn meninggalkan aku sendiri disana.
Setelah mandi dan makan malam. Aku dan Ririn terlibat perbincangan seru dikamarku. Mulanya kami hanya bersenda-gurau seperti biasanya, samapai pada sebuah percakapan yang menjurus kearah kejadian sore tadi. Waktu menunjukkan pukul setengah sepuluh malam dan Ririn mulai mengungkapkan alasannya kenapa sampai Ia meninggalkanku saat disekolah tadi.
"Sebelumnya aku minta maaf karena sudah ninggalin kamu tadi. Bukannya apa-apa akau tidak ingin hal itu terjadi sama kamu." Katanya mulai serius.
"Maksud kamu apa sih, Rin. Jangan bikin aku jadi paranoid deh."
"Ini kenyataannya sayang. Tubuh kamu itu manis."
"Jangan memuji deh. Memang dari lahir aku sudah manis kok..." Senny cengengesan.
"Ih, sapa juga yang muji kamu. Ge-er!"
"Lah tadi apa?"
"Maksudnya bukan manis yang itu. Manis disini adalah tubuh kamu yang memang gampang banget buat dimasukkin sama 'mereka'."
JLEB!
Senny merapatkan tubuhnya ke arah Ririn. "Kamu jangan nakut-nakutin aku terus dong, Rin." Wajahnya disembunyikan dibalik punggung Ririn.
"Aku serius. Jadi kenapa tiba-tiba aku bisa ninggalin kamu. Kamu inget waktu dikoridor menuju kantor guru?"
"Ehmmm... aku inget! ada sesosok bayangam hitam diujung koridor, kan?"
"Yup! Nah... dia itulah yang pingin banget sama tubuh kamu. Dia pingin rasukin kamu."
"Terus?"
"Yah... aku nggak mau dong kamu kenapa-napa. Jadi aku coba melawannya."
"Kamu berkelahi sama dia, Rin?"
"Nggak sih. Aku cuma bilangin ke dia supaya jauh-jauh dari kamu. Aku bilang kalau dia nggak mau nurut aku bacain dia khalam jin."
"Khlam jin itu apa?"
"Semacam bacaan do'a. Pokoknya jin nggak suka itu."
"Terus kenapa dia masih berani nongol didepanku tadi?"
"Itulah 'mereka' apa yang menreka janjikan semuanya dusta. Makanya tadi aku buru-buru ajak kamu pergi dari sana."
"Wah... iya makasih ya, Rin. Aku juga sudah takut banget tauk. Beruntung deh aku punya sahabat kayak kamu. Jadi aman kan aku. Hehehe... makasih cantik." Dipeluknya erat tubuh mungil Ririn. Hingga keduanya terlelap dalam mimpi. Semua nampak baik-baik saja.

Ja matta na...

22 komentar:

  1. haha bisa kejebak dalam toilet..
    nice cerpen bro :D

    BalasHapus
  2. Kereen cerita na and sempet bikin bulu kuduk merinding ketika senny ketemu makhluk astral hehehe

    BalasHapus
  3. ajib juga nih..
    mau ngulang lagi nggak kejadian kejebak dalam toilet ?
    hehe

    salam kenal ben

    BalasHapus
    Balasan
    1. nggak ah. sok kamu aja yang kejebak ditolet. ntar nggak gue tolongin kok. bener xD

      salam kenal juga :)

      Hapus
  4. <-- pustakawan menyimak :D

    http://luckty.wordpress.com

    BalasHapus
  5. bang dari cirebon juga?? salam udang bang hehe
    cerpennya bagus..keren

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya . saya asal cuirebon. cirebon juga nih? wah.. salam kenal ang. salam udang :)
      sankyu udah baca :)

      Hapus
  6. wah, jadi tertarik nulis cerpen horor juga :D
    betewe, tadi aku liat ada yang typo tuh, bukan jaz tapi jas, itu kan maksud kamu?

    Salam kenal :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayo kak nulis lagi. gue juga lagi suka nulis yang horor horor. mehehehe

      Hapus
  7. aa sialan gue baca ini pas sendirian di kostan o_O

    BalasHapus
  8. penasaran sama khalam jin-nya...

    jinnya bisa diaja negi juga, haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. mau tau aja apa mau tau banget nih... :3
      bisa dong. kan jin juga jin. *apeuh :/

      Hapus
  9. Serem ya? sereman mana sama ibumu kalo lagi marah? :(

    BalasHapus

Tinggalkan jejakmu, sesederhana itu saya sudah merasa dihargai.
Terimakasih :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...