Apa yang gue rasakan
sekarang pastinya banyak diantara kalian yang juga pernah merasakannya. Setelah
sekian tahun tak berjumpa dan kemudian tanpa disengaja mendadak dipertemukan
kawan lama jaman SMA STM, itu rasanya seperti kembali ke masa lalu
dimana kita masih bareng – bareng ngumpul seusai habis kelas. Banyak sekali
kisah yang hendak aku sampaikan, tapi apalah daya, waktu jualah yang
memisahkan. Sedih sih, Cuma bisa ketemu nggak lebih dari dua jam saja, padahal
masih sangat kurang :’(
***
Pagi ini, Selasa 05 Maret 2013, hempon gue
tiba – tiba berdering, ada pesan whatsapp. Gue kira siapa, ternyata dari temen SMA STM. Dia kerja diluar kota dan kita nggak pernah ketemu (lagi) semenjak pesta
kelulusan di gedung KORPRI jalan Brigjen Darsono dua tahun lalu. Dia bilang,
katanya hari ini lagi otw pulang kampung dan dia mau maen ke rumah gue. Seneng?
Pasti.
Pas gue tanya, “Serius lu mau maen ke rumah gue, emang lu
inget jalan ke rumah gue?”
Dia nge-chat dengan
emot senyum – senyum gaje gitu “Hehe…
nggak. Gue nggak inget.”
GUBRAKKK
!!
Ok, berhubung gue
orangnya baik hati ramah tamah dan rajin menabung (nabung dosa maksudnya xD),
gue memutuskan buat ketemuan saja, kalau dia sampe nyasar terus nggak bisa
pulang? Kan kesian. (._.)/(T_T)
“Yasudah kita ketemuan aja. Jam 5 gue tunggu
di ind*mart samping lampu merah.”
“Sip!
ntar gue nyamper :)” Balasnya
singkat.
Sudah bukan rahasia
lagi kalau di Indonesia, JAM KARET merupakan kebiasaan yang sudah mendarah
daging pada setiap warga negaranya. Dan kalian tau? inilah yang terjadi ketika
gue memutuskan menunggunya. Kita udah janjian buat ketemuan jam 5, dan dia baru
datang jam 6.20 menit. Apa coba alasan dia?
Dia bilang ke gue “Sory telat, macet soalnya.” Sambil
cengegesan.
“Lu
kira ini Jakarta pake alesan macet segala?! Ini di Cirebon, kota kecil bebas
macet woii !” You know? Itu rasanya pengen jejelin
dia pake tabung elpiji 12kg. Kesel.
Oia, kenapa gue mutusin
buat ketemuan di ind*mart bukan ditempat lain? Karena eh karena Ind*mart
sekarang sudah mengadaptasi gaya tongkrongan ala 7Eleven di Jakarta sana. Yup!
Teras Ind*martnya ada meja sama kursinya buat kita nongkrong. Berasa lagi
nongkrong di 7Eleven jadinya. Muahahaha…
Niatnya sih mau
silaturahmi sama temen – temen yang ada di Cirebon, tapi mereka pada sibuk
semua dan enggak ada yang bales meskipun sudah di kontek via pesbuk sekalipun.
Padahal gue udah colek – colekin mereka, tapilah dasarnya mereka, ada juga baru
ngerespon setelah status itu sudah kadaluarsa. Huhukkk… *keselek modem*
Yaudah akhirnya kita berdua
mutusin buat nongkrong aja di coffeshop. Dalam perjalan tanpa sengaja kita di
pertemukan dengan satu kawan, namanya Budi. Katanya dia mau jemput adeknya yang
kerja di salah satu outlet store di mall tersebut. Wah ini sebuah kebetulan apa
memang Allah sudah merencakan pertemuan ini? Entahlah…
sok sibuk, pret !xP |
Sesampainya di J.C*,
kita pesen dua cup cappuccino panas dan satu cup dingin buat Budi. Dan dapet gratisan
tiga biji chese cake yang nggak besar juga nggak kecil, nanggung gitu
ukurannya. Tapi gapapa sih lumayanlah gratisan. Hehe… #AkuCintaGratisan
Ketika kita lagi duduk
– duduk ganteng di meja nomer 2 disebelah tembok disamping pintu. Kemudian ada
satu kawan lagi namanya Puruur tiba – tiba nyamper entah darimana asalnya,
nongol gitu aja. Asli kita bertiga kaget.
Disinilah, dimana
banyak sekali cerita – cerita tentang si Andi (nama temen gue yang telat tadi)
yang dulunya berantakan macem gembel berseragam sekolahan, sekarang bekerja
sebagai Pegawai tetap disebuah perusahaan milik Negara yang dipimpin oleh bapak
Dahlan Iskan. Yak! Dia sebagai pegawai di PT INDONESIA POW*R sebuah perusahaan
pembangkit listrik dan… tetep berantakan rapih. Dengan sesekali
menghisap putung rokok ditangannya, Dia bercerita tentang bagaimana beratnya mempertahankan
kehidupannya di rantau sana. Bagaimana susahnya jauh dari orang tua, bagaimana
kerasnya hidup dalam kesendirian, bagaimana cara beradaptasi dengan lingkungan
sekitar, harus pandai memilah mana yang baik dan buruk karena salah – salah
kita akan terjerumus dunia gelap kota tetangga. Begitu serius dia bercerita,
tapi dasarnya dia itu agak idiot jadi ada saja cerita darinya yang bikin ngakak
jumpalitan. Sumpah sifat ini masih nggak juga ilang darinya, tingkah idiotnya
itu yang dulu bikin rahang berasa copot ketika dia mulai bertingkah. Dia
bercita – cita bahwa empat atau lima tahun kedepan dirinya akan menjadi kaum
elite metropolitan. Katanya mantap !
Ada si Puruur yang dulu
sebagai objek olok – olokan di kelas, udah gitu orangnya panikan, dan sangat
ketergantungan sama orang lain. Contohnya, dulu kalau lagi praktek mesti
dibantuin, kalau nggak ada yang mau bantuin langsung panik, keringet dingin
lalu… pingsan. Kini Dia sudah lebih bisa mandiri. Dia bercerita kalau dia
sekarang sudah bisa kuliah sambil kerja. Managemen perbankan jurusan yang dia
ambil. Katanya, dia nggak mau kalau seumur hidupnya hanya dihabiskan buat bekerja
sebagai seorang pramuniaga sebuah tempat makan siap saji. Dia ingin seperti kakaknya yang kini sudah
menjadi seorang staff di bank swasta. Mungkin menurutnya dengan menjadi seorang
staff di bank akan lebih baik ketimbang hanya menjadi seorang pramuniaga.
Menurut gue sih sama saja, toh masih sama – sama menjadi seorang yang bekerja
ke orang lain, sama – sama masih disuruh – suruh sama orang lain, bukan menjadi
seorang pemimpin atas hidupnya. Coba kalau cita – cita dia kuliah buat menjadi
seorang Bos. Menjadi seorang pemilik atas perusahaan yang dia bangun, kan
enak toh nggak melulu disuruh – suruh, bikin ini itu. Sayang sama gelar
sarjananya nanti kalau ujung – ujungnya cuma jadi bawahan bukan atasan. *freepukpuk Puruur*
Guruh Andi a.k.a Wowo idiot, 20th, pegawai BUMN, Jomblo. Minat? PING! |
Achmad Puruur Ismail a.k.a Puri, 20th, calon pegawai Bank |
Budi Aryanto a.k.a Debol, 20th, Pengusaha pupuk tani |
Dulu si Budi ini pernah
menjabat sebagai ketua kelas pas kelas 1 SMA STM, berdampingan sama gue
sebagai Wakil Ketua kelasnya. Nggak percaya? Gue juga sih. Kakakakkk…
Tapi itu cuma bertahan
setaun doang, ketika pemilihan ketua dan wakil ketua tahun berikutnya posisi
kita lengser dan digantikan oleh Ipin sama Doli sebagai pemimpin baru. Kita sih
legowo pas tau si Ipin yang gantiin sebagai ketua kelas, tapi masalah ketika si
Doli yang jadi wakilnya. Kita nggak yakin dia bisa membawa kebaikan dikelas.
Wong sifatnya itu ngeyel gitu, nggak ada aura – aura pemimpin sama sekali, beda
sama Ipin, dia itu bijak, berwibawa dan kalem tentunya. Dan benar saja, dibulan
pertama saja dia mangkir dari tugasnya sebagai wakil ketika sang ketua sibuk
memimpin rapat bulanan kelas. Huh! Dasar Doli ini memang tidak bisa diandalkan.
*sigh*
Akhirnya dia pun
lengser pada pemilihan ketua dan wakil ketua ditahun berikutnya. Tapi tidak
buat Ipin, dia tetap dipilih karena kebijakannya memimpin, masalah wakilnya
digantikan sama Dedy. Pasangan ini bertahan hingga kelulusan. Dan kepemimpinan
Ipin dan Dedy masih membekas hingga sekarang kita sudah berpisah sekalipun.
Lah kenapa jadi
ngomongin itu yak? Hehehe… maaf ngelantur. Ok. Fokus!
Jadi, si Budi sekarang
bekerja sebagai pegawai fotokopi didaerah deket rumahnya. Sempet sih gue
tawarin dia buat bekerja di sebuah instansi yang lebih punya nama dengan gaji
yang menjanjikan tentunya. Tapi dia bersikukuh dengan pendiriannya, dia sudah
merasa nyaman dengan pekerjaannya saat ini. Katanya jangan melihat dari
seberapa gaji yang dia terima, tapi lebih ke seberapa banyak ilmu yang dia
dapatkan dari tempatnya bekerja.
Bener juga sih, dari
gue nyimak ceritanya saja, begitu banyak ilmu yang dia dapatkan. Dari ilmu
bagaimana memanage keuangan, bagaimana menghitung laba rugi penghasilan
perhari, bagaimana semangat kerja yang ditanamkan oleh si bosnya, bagaimana
awal mula mendirikan sebuah usaha dengan bermodal nekat dan keyakinan,
bagaimana mengatasi karakter pelanggan yang begitu beragam, bagaimana modusin
pelanggan toko yang ekhem…cantik xD (Ok, yang ini skip!) bagaimana mendapatkan
pelanggan supaya terus menggunakan jasanya, bagaimana menjalin komunikasi
terhadap pelanggan, bagaimana mendapatkan penghasilan tambahan dari usaha yang
sudah ada, dan bagaimana – bagaimana lainnya. Semua itu Budi dapatkan
ditempatnya bekerja sekarang. Cita –
citanya sederhana, dia hanya ingin berwirausaha, berdagang atau sejenisnya.
Menjadi bos dari usahanya sendiri, karena dia yakin dengan ilmu yang dia
genggam sekarang akan berguna pada usaha rintisannya kelak. Sekarang dia sedang
merintis usaha sebagai distributor pupuk pertanian. Jadi jika diantara kalian
yang ibu – bapaknya petani atau punya kebun, pesen pupuknya ke sohib gue aja si
Budi, dijamin murah dan berkualitas :) *edisi sales pupuk kandang*
Gue pikir, bener juga
apa kata si Budi. Karena Al-qu’an pun mengatakan “bahwa enam dari delapan pintu
rejeki adalah berdagang.”
Kalau Rassulullah
Muhammad SAW dan Budi saja hidup karena berdagang, kenapa gue nggak coba meniti
buat bikin usaha juga. Berdagang mungkin? Ah entahlah… gue sih punya cita –
cita sebagai pengusaha boneka. Tapi entah kapan itu terjadi mungkin nanti
ketika gue dan pacar gue nikah. Itu kata Ibu gue “Kalau kamu mau buka usaha nanti lagi aja kalau udah nikah, sekarang mumpung
masih hidup sama orang tua mending duit gajiannya dikasiin ke ibu dulu, sisanya
ditabung buat nikah.” Hemmm… *nurut
ajah, ntar durhaka* *gamau jadi batu*
Dari sekian kisah yang
mereka ceritakan, gue belajar bagaimana arti untuk lebih mengartikan hidup.
Dari si Andi, gue
belajar bagaimana menjadi seorang pekerja keras yang tahan banting.
Dari si Puruur, gue
belajar bagaimana menjadi seorang yang mandiri nggak melulu bergantung pada
orang tua.
Dari si Budi, gue
belajar bagaimana menjadi seorang yang kuat terhadap prinsip yang sudah
ditentukan, dan bergerak maju untuk mewujudkan prinsip – prinsip itu sendiri.
Sungguh hari ini adalah
suatu berkah bagi ku, selain bisa bernostalgia bareng temen SMA STM,
bercerita masa – masa gila jaman putih abu dulu, juga bisa berbagi pengalaman
dan mengambil hikmah dari masing – masing pribadi mereka.
Terimakasih kawan atas ingatan
yang dulu kita sering lakukan bersama dan bikin tertawa mendengarnya,
terimakasih juga atas pelajaran yang kalian berikan. Gue yakin, gue bisa
seperti kalian bahkan mungkin lebih dari kalian. Gue janji, kita akan bertemu
lagi di esok hari, dimana masing – masing kita sudah menjadi apa yang kita cita
– citakan sekarang. Aamiin :)
perhatikan ! ada cewek narsis dibelakang kursi :3 |
kiri : Budi, kanan : Figuran FTV xD |
-Monkay
D. Luffy-
::
One Piece character ::
Ja…
Wih, emang asik ya ketemu sama temen SMA eh bukan deng STM, hehe. Bisa berbagi cerita, berbagi ilmu, dan berbagi jurus menghadapi hidup.
BalasHapusOh, jadi ceritanya lo baru lulus kuliah ya ?
Bisa kali kaka Ben, mampir ke blog gue :)
iya pokoknya sru banget kalo udah ngumpul sama temen lama tuh ...
Hapusok ok.. salam knal qona :)
Semangat ya bro....
BalasHapusitu semua proses hidup :)
hai. GANBAROU !!!
Hapusngapain berubah kalo kita nyaman dengan yang sekarang [apa sih].
BalasHapuseh pekerjaan teman agan keren-keren ya.. :)
berubah untuk lebih baik. why not? iya kan?
Hapusbegitulah mereka :)
Wow ada poto gue hhehe
BalasHapusiya ndes, elu paling kce dah ye. coz udah neraktrik. muahahha...
Hapuswah cowok juga bisa nulis kayak gini ya, so sweeet..hahaha
BalasHapusini menurut aku tulisan mu yang paling bagus yang pernah aku baca...aku pikir bakalan cinta cinta soalnya judulnya mengundang kegalauan, eh ternyata kereeeen...
emang beenr banget dari bertemu teman SMA(coret) STM itu bisa dapetin banyaaaaaaaaaak pelajaran, cerita, motivasi dan inspirasi..
aku doain sukset ya Benn!!
wah, masih 20 tahunan ya, masih muda (kayak saya) *plakk
iya mei. makasih banget..
Hapusmau nih dikenalin sama mereka.boleh kok :3