Curahan hati seorang gadis tak bernama,
Kisah ini diangkat dari imajinasi seorang penulis amatir, bukan montir. ( baca : Fiksi)
:: AKU, ingin seperti SIRIUS ::
SIRIUS sang raja bintang :) |
Sirius adalah bintang paling terang dari taburan bintang–bintang yang ada dilangit, meski tertutup awan sekalipun. Begitu juga aku. Aku ingin sepertinya yang bisa selalu benderang meski apapun yang terjadi.
Disini aku sendiri, sendiri dan tak bahagia.
Padahal katanya… sebagai seorang tunggal dari sebuah keluarga itu
akan menjadi bahagia karena sayang mereka takkan terbagi untuk yang
lain. Nyatanya aku? tidak.
Lihat aku disini, duduk termenung dari balik jendela kamar. Menatap
indahnya langit malam, tersenyum geli mengenang apa yang seharusnya aku
dapatkan tak aku dapatkan. Herannya, kenapa ibu ku sendiri justru lebih
memberikan kasihnya ke orang lain yang menurutnya lebih diinginkan dari
raga ini. Padahal faktanya, apa bedanya aku dengan dia ? Aku perempuan
diapun sama. Jika ibu ku mengidamkan seorang buah hati laki–laki,
kenapa dia memberikan kasihnya kepada anak perempuan juga? Kenapa tidak
sama anak laki–laki idamanya? Kenapa?!
Jika memang aku benar buah cinta mu, kenapa engkau lebih melebihkan dia daripada aku?
Kini aku bertanya siapa sebenarnya aku ini? Benarkah aku yang pernah
kau kandung di rahim mu dulu?
Ataukah dari rahim yang lain? Entahlah...
Dan kenapa engkau terus mengungkit belas yang pernah kau kasih
terhadap ku? Haruskah aku membayar semua belas kasih itu? Dengan apa aku
membayar? Cukupkah hanya dengan tumpukkan lembaran nominal yang kau
inginkan untuk menukar kasih mu itu? Rasanya aku terlalu durhaka jikalah
aku benar melakukannya. Sungguh demi apapun, terima tidak terima, kau
tetaplah ibu ku, sang malaikat yang dulu selalu melindungi ku.
***
Ingin rasanya berteriak sekencang yang aku bias hingga putus pita
suara ku. Ingin rasanya menumpahkan seluruh resah kepada siapa saja tak
terkecuali engkau, ibu.
Namun teriak pun percuma rasanya, toh tak ada yang sedia mendengarkan bahkan pacar ku sendiri. Mungkin dia belum begitu peka terhadap apa yang aku isyaratkan terhadapnya, padahal tak sekali aku mengeluhkan hal ini padanya. Entah dia memang tak peka atau memang hanya berpura–pura bodoh saja agar tidak begitu merepotkan pikirannya. Pasalnya seperti yang dia ceritakan kepada ku, jika apa yang terjadi pada hidup ku tak berbeda jauh dengan apa yang dialami dirinya dan keluarganya. Namun skenario Tuhan sudah dituliskan, meski sebagai tokoh utama yang menderita, mau tidak mau, kami harus menjalaninya dengan atau tanpa persetujuan.
Disini Aku merasa benar–benar sendiri. Jangan kan teman atau pacar, ibu dan bapak ku sendiri yang seharusnya memperlakukan aku seperti seharusnya anak–anak lain dapatkan tidak pernah benar–benar aku dapatkan.
Tuhan, jika kesabaran yang ENGKAU berikan tidaklah berbatas. Kenapa KAU terus menguji ku seperti ini.
Bolehkah Aku meminta untuk sedikit mengindahkan takdir hidup ku demi sedikit kebahagiaan yang Aku harapkan. Kabulkan pinta raga hina MU ini, tuhan.
Jika KAU menciptakan ku hanya digariskan untuk menjalani ini semua, Aku katakan Aku tidak cukup tangguh untuk terus menjalaninya.
Jika KAU menciptakan air mata ini hanya untuk terus meratapi keadaan yang tidak pernah aku inginkan, Aku katakan Aku lelah mengusapnya.
Aku rindu bahagia itu tapilah kenapa tak jua singgah,
Aku rindu belai kasih tulus mu tapilah kenapa kau memungkirinya,
Aku rindu hangat dekap mu tapilah kenapa kau beri untuknya.
Apa salah ku? Apa? Tolong jelaskan?! Tolong!
Seperti Sirius yang selalu benderang disana, dilangit luas,diantara ribuan bahakan jutaan kilau bintang–bintang bercayahaya terang.
Aku Sirius, tetaplah akan selalu lebih terang dari bintang–bintang itu.
Aku Sirius, tetaplah akan mampu tersenyum meski derita itu bertubi menindih ku,
Aku Sirius, akan terus dan terus melangkah demi satu tujuan hidup ku yaitu kebahagiaan abadi di surga-NYA.
Namun teriak pun percuma rasanya, toh tak ada yang sedia mendengarkan bahkan pacar ku sendiri. Mungkin dia belum begitu peka terhadap apa yang aku isyaratkan terhadapnya, padahal tak sekali aku mengeluhkan hal ini padanya. Entah dia memang tak peka atau memang hanya berpura–pura bodoh saja agar tidak begitu merepotkan pikirannya. Pasalnya seperti yang dia ceritakan kepada ku, jika apa yang terjadi pada hidup ku tak berbeda jauh dengan apa yang dialami dirinya dan keluarganya. Namun skenario Tuhan sudah dituliskan, meski sebagai tokoh utama yang menderita, mau tidak mau, kami harus menjalaninya dengan atau tanpa persetujuan.
***
Terkadang Aku berfikir, “Apakah hidup ku cukup sampai disini?”. Ya! Seringkali ingin itu muncul tiba–tiba ketika Aku termenung seperti saat ini.Disini Aku merasa benar–benar sendiri. Jangan kan teman atau pacar, ibu dan bapak ku sendiri yang seharusnya memperlakukan aku seperti seharusnya anak–anak lain dapatkan tidak pernah benar–benar aku dapatkan.
Tuhan, jika kesabaran yang ENGKAU berikan tidaklah berbatas. Kenapa KAU terus menguji ku seperti ini.
Bolehkah Aku meminta untuk sedikit mengindahkan takdir hidup ku demi sedikit kebahagiaan yang Aku harapkan. Kabulkan pinta raga hina MU ini, tuhan.
Jika KAU menciptakan ku hanya digariskan untuk menjalani ini semua, Aku katakan Aku tidak cukup tangguh untuk terus menjalaninya.
Jika KAU menciptakan air mata ini hanya untuk terus meratapi keadaan yang tidak pernah aku inginkan, Aku katakan Aku lelah mengusapnya.
Aku rindu bahagia itu tapilah kenapa tak jua singgah,
Aku rindu belai kasih tulus mu tapilah kenapa kau memungkirinya,
Aku rindu hangat dekap mu tapilah kenapa kau beri untuknya.
Apa salah ku? Apa? Tolong jelaskan?! Tolong!
Seperti Sirius yang selalu benderang disana, dilangit luas,diantara ribuan bahakan jutaan kilau bintang–bintang bercayahaya terang.
Aku Sirius, tetaplah akan selalu lebih terang dari bintang–bintang itu.
Aku Sirius, tetaplah akan mampu tersenyum meski derita itu bertubi menindih ku,
Aku Sirius, akan terus dan terus melangkah demi satu tujuan hidup ku yaitu kebahagiaan abadi di surga-NYA.
Tertanda Aku tak bahagia.
( inisial )
Ja...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejakmu, sesederhana itu saya sudah merasa dihargai.
Terimakasih :)