Berulang kali Raka mengusap nisan itu. Membisikkan
sesuatu, lirih, menyematkan do’a dalam setiap kalimatnya. Wanita disebelahnya
tau, masih ada sedih mendalam dari rautnya. Begitu rapuh, memelas, dan pucat.
“Sudahlah, Ka, Ayo pulang,” Winda mengusap punggungnya. Pelan.
Dia
masih bergeming dengan sedihnya.
“Aku
tau rasanya kehilangan. Mama pernah bilang, ‘kalo
kamu ingin bapak bahagia disana. Ikhlaskan.’ “ pelupuknya meremang. “Sedih
tidak akan menyelesaikan masalah, Ka.” lanjutnya.
Dia
diam belum beranjak.
“Kalo
kamu masih mau disini, terserah. Aku mau pulang!” sebenarnya dia tidak pernah
setega ini sebelumnya, apalagi sama dia.
Langit
senja kian sendu, gemuruh bersahutan mengiringi langkah keduanya dalam diam dan gerimis pun ikut serta penuh kebimbangan. Raka
sadar
wanita disampingnya kecewa tapi dia masih belum bisa menghapus sakit atas
kehilangan itu.
***